Awal Pendirian PCNU Blora Sebagai Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Pertama di Indonesia Tahun 1927


Edy Saputra
putraprajal6@gmail.com

 A. Latar Belakang

 Nahdlatul Ulama, disingkat NU, yang artinya kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab 1344 H di kampung Kertopaten Surabaya. Untuk memahami NU sebagai organisasi keagamaan secara tepat, belumlah cukup jika hanya melihat dari sudut formal semenjak ia lahir. 

 Sebab jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jam’iyyah, ia terlebih dulu ada dan berwujud jama’ah (community) yang terikat kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakteristik sendiri. karena Nahdlatul Ulama sudah menjadi sebagai sebuah organisasi keagamaan yang berbasis kemasyarakatan, Agar bisa di kenal dan dirasakan kehadirannya untuk menyentuh seluruh lapisan  masyarakat di seluruh wilayah nusantara bahkan nanti kedepannya ke tingkat internasional, maka pembentukan kepengurusan dari tingkat pusat sampai basis akar rumput harus dibentuk dan dimaksimalkan.

 Oleh kemudian itu Nahdlatul Ulama membentuk kepengurusan seperti Pimpinan Wilayah untuk ruang lingkup tingkat provinsi, Pimpinan Cabang untuk ranah kabupaten dan kota, Majelis Wakil Cabang pada tingkatan kecamatan dan Pimpinan Ranting untuk sekup desa atau kelurahan.

 Di tahun berikutnya setelah berdirinya Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, pembentukan kepengurusan di masing masing tingkat itu mulai dijalankan, salah satunya yang pertama kali untuk tingkatan pengurus cabang adalah Pimpinan Cabang NU Blora yang berdiri pada tahun 1927, walaupun pada kenyataannya pembentukan kepengurusan itu mulai masif dan terstruktur baru pada tahun 1928.

B. Pembahasan

 Pada waktu itu NU Cabang Blora berpusat di Desa bernama Kidangan terletak Kecamatan Jepon. Namun, demi untuk kemajuan organisasi, akhirnya mulai tahun 1930 M, NU Cabang Blora dipindahkan dari yang semula berkedudukan di Kidangan ke kota Blora. Berdasarkan catatan berita dari majalah Lailatul Idjtima’ Nahdlotoel Oelama (LINO) yang dikeluarkan pada awal Mei 1971 M, jelas-jelas disebutkan bahwa NU Cabang Blora berdiri pada tahun 1927 M dan pusatnya di Kidangan.

 Karena merupakan cabang pertama, peresmian NU Cabang Blora tersebut sempat  mendapat perhatian luas dari kalangan umat Islam. ribuan masyarakat hadir pada acara itu. Bahkan, pada acara peresmian NU Cabang Blora tahun 1927 M secara langsung dihadiri K.H Wahab Hasbullah, K.H Asy'ary dan K.H Abdullah Ubaid.   Saat itu, yang menjadi pengurus cabang  pertama tersebut adalah ketua Kiai Ma'shum, Sekretaris Sudjak (seorang pensiunan komandan polisi), bendahara Tjipto, Pembantu Chasan Hardjo. Untuk syuriyah dipercayakan kepada Kiai Muntaha, Kiai Muzayyin, H Zaenuri dan Kiai Tamzis.   

 Saat NU didirikan di Blora, Belanda masih bercokol. Sehingga usaha-usaha yang dilaksanakan NU Cabang Blora sering mendapat hambatan dan rintangan dari Belanda. Bahkan, Kiai Ma’shum selaku pendiri NU Cabang Blora pernah ditahan oleh Belanda.   Adapun usaha-usaha yang dilaksanakan pengurus pada waktu itu antara lain mendirikan jamaah di desa-desa yang belum ada masjidnya. Kemudian pengurus juga mendirikan masjid dan madrasah di sejumlah desa. Seperti Masjid Brumbung, Masjid Kidangan, Masjid Puledagel dan Masjid Tempel.

 Peninggalan yang berupa madrasah, antara lain Madrasah Ibtidaiyah Kidangan dan Madrasah Ibtidaiyah Jetis. mulai tahun 1930 M, NU Cabang Blora yang berkedudukan di Kidangan dipindahkan ke kota Blora. Selain itu juga dilakukan penyempurnaan kepengurusan. Seperti Ketua Umum Kiai Ma’shum, Wakil Ketua Umum H Asjhary. Karena minimnya informasi, untuk sekretaris tidak diketaui, dan Bendahara H Busyro dan H Suyuti.  

 Selain dari buletin LINO , berdirinya PCNU Blora ini diperkuat dengan beberapa orang yang bertemu dengan K.H Abdurrahman Wahid atau yang biasa di panggil Gus Dur. Kemudian Gus Dur langsung mengatakan bahwasannya memang NU Cabang Blora itu merupakan NU cabang pertama. 

Motif Pendirian Pimpinan Cabang NU Blora

 Ada keterangan juga dari anak dari tokoh  K.H Muntaha bagaimana K.H Ma'shum dan tokoh yang lainnya bisa mendirikan cabang  NU bahkan termasuk jajaran cabang pertama, itu proses yang sebenanrnya cukup unik, ada unsur ketidaksengajaan. Awal mulanya, K.H Ma'shum sowan ke Tebuireng Jombang di K.H Hasyim Asy'ari untuk minta restu mendirikan jemaah jum'at sendiri di Desa Tempelmahbang, Kecamatan Jepon. Maka saat itu, K.H Ma'shum ke Jombang bersama dengan K.H Muntaha. 

Karena dulu masjid untuk jum'atan hanya boleh di satu tempat. Termasuk di Kecamatan Jepon, ini merupakan keputusan dari Belanda. Namun karena dari Tempelmahbang ke kecamatan Jepon cukup jauh, maka berinisiatif mendirikan jemaah jum'at, apalagi di Tempelmahbang juga masyarakatnya sudah banyak. Sehingga sangat beralasan untuk mendirikan jum'atan sendiri. Maka K.H Muntaha yang merupakan tokoh agama di Desa Tempelmahbang mengahadap K.H Ma'sum yang merupakan kiyai senior di Kecamatan Jepon. Ketika K.H Muntaha minta izin untuk itu,  K.H Ma'shum menyepakatinya, tetapi tak langsung memutuskan. Alasannya harus minta restu kepada K.H Hasyim Asy'ari Jombang.

 Berhubung antara K.H Hasyim Asy'ari, K.H. Ma'shum dan K.H Muntaha mempunyai hubungan yang dekat, dan pernah belajar bersama di Pesantren Syaikh Kholil Bangkalan, karena itu K.H Ma'shum dan K.H. Muntaha sangat menghormati K.H Hasyim Asy'ari sampai apa yang menjadi tujuannya harus di pertimbangkan dulu ke K.H Hasyim Asy'ari. Selain hubungan erat kedua kiyai dari Blora ini dan K.H Hasyim Asy'ari Jombang, di Tebu Ireng Mbah Hasyim (sebutan familiar K.H Hasyim Asy'ari) mempunyai rutinan ngaji bagi kiyai kiyai sepuh dari berbagai daerah, salah satunya K.H Ma'shum dan K.H Muntaha juga ikut, saat berkunjung ke Mbah Hasyim kedua kiyai dari Blora langsung menjelaskan maksud dan tujuannya. Kemudian Oleh Mbah Hasyim direstui keduanya untuk mendirikan jamaah shalat jum'at selain itu juga diminta untuk mendirikan Cabang NU di Blora.

 Kemudian saat pulang ke Blora tidak langsung mendirikan PCNU, terlebih dahulu mendirikan jum'atan pertama di Tempelmahbang setelah mendapatkan restu , namun setelah itu malah didatangi oleh pihak Belanda. Tapi tidak sampai ada tindakan dari Belanda, hanya mengawasi aktivitas para jamaah. Usai peristiwa itu K.H Ma'shum dan K.H Muntaha melaporkan kejadian tersebut kepada Bupati Blora yang saat itu menjabat.

 Dari rentetan sejarah itu kemudian menjadi patokan jika memang Cabang NU Blora berdiri tak jauh dimasa itu. Makanya LINO pernah menyebutkan bahwa peresmian pertama PCNU Blora di tahun 1927, adalah masuk akal. Setelah PCNU dibentuk di Blora pada Muktamar NU ke 3 di Semarang pada tahun 1928, PCNU Blora sudah mendapatkan Undangan. Undangan itu ditujukan kepada K.H Abdullah Hamsyidin. Kemudian pada Muktamar ke empat atau tepatnya 1929 tercatat ada usulan dari PCNU Blora dalam usulan itu disebutkan, berbunyi " Agar NU memiliki toko kitab yang lengkap, seperti dinegara lain". usulan ini disampaikan kiai dari Blora bernama Kiyai Idris.

Penutup

  Walaupun demikian pembentukan PCNU ini masih menjadi perbedaan pendapat oleh sebagain orang dan masih banyak sejarah lain yang mungkin belum ditemukan. Apakah benar Blora ini menjadi PCNU yang benar benar pertama kali didirikan. Karena kalau dari tinjauan sejarah wilayah wilayah seperti Singosari-Malang, Madura, Jakarta, Lasem-Rembang, atau Jombang dan Surabaya sendiri adalah kota-kota di mana memiliki basis utama NU di masa-masa awal.

 Daftar Pustaka

Fahrudin, Fuad, Agama dan Pendidikan Demokrasi Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, (Jakarta Pustaka  2009). 50-51, 

Mubin, Fatkhul. 2020. Sejarah dan Kiprah Nahdlatul Ulama di Indonesia. (3)1. 4-5

Imtihany, Nailul. 2021. "(Jawa Pos Radar Bojonegoro) Sejarah NU Blora dan Cepu". 1 Februari 2021

Situs Online

http://id.NUonline.com/suaraNahdatulUlama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eksploitasi Hutan Jati Blora Oleh Hindia Belanda di Awal Abad 20